HIV/AIDS : Penyakit yang belum bisa disembuhkan
30 November 2024
Pendahuluan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kondisi yang berkembang akibat infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yang berperan dalam melawan infeksi. Ketika HIV merusak jumlah sel imun secara signifikan, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, yang dapat berkembang dalam beberapa tahun jika tidak diobati.
Penyebab AIDS
Penyebab utama AIDS adalah infeksi HIV. HIV dapat menyebar melalui beberapa cara, yaitu:
- Melalui hubungan seksual: HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, atau cairan pre-seminal. Kontak seksual tanpa pelindung (misalnya, tanpa kondom) dengan seseorang yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan.
- Melalui transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi: Meskipun saat ini risiko ini sangat kecil berkat pemeriksaan yang ketat, HIV dapat ditularkan melalui transfusi darah yang mengandung virus tersebut.
- Melalui jarum suntik yang terkontaminasi: Penggunaan jarum suntik bersama, misalnya di kalangan pengguna narkoba, meningkatkan risiko tertular HIV.
- Dari ibu ke anak: HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau melalui pemberian ASI.
Gejala AIDS
HIV dapat menginfeksi seseorang tanpa menunjukkan gejala untuk waktu yang lama. Namun, seiring berkembangnya infeksi, gejala dapat muncul. Gejala HIV pada tahap awal meliputi:
- Gejala mirip flu: Pada tahap awal infeksi HIV, beberapa orang dapat mengalami demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, atau ruam. Gejala ini biasanya muncul 2-4 minggu setelah infeksi, pada tahap yang disebut acute retroviral syndrome (ARS) atau seroconversion syndrome.
- Penurunan kekebalan tubuh: Seiring berjalannya waktu, jika tidak diobati, HIV merusak sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia, dan sariawan yang berulang.
- Gejala AIDS: Pada tahap AIDS, infeksi HIV sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, menyebabkan kerusakan yang parah. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan drastis, kelelahan parah, demam yang berlangsung lama, berkeringat malam, dan infeksi yang sering terjadi.
- Infeksi oportunistik: Pada tahap AIDS, seseorang lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang tidak akan menginfeksi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ini termasuk infeksi seperti tuberkulosis, pneumonia, dan infeksi jamur pada mulut atau tenggorokan.
Pengobatan AIDS
Saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS, tetapi pengobatan HIV dapat membantu mengontrol virus ini dan mencegah berkembangnya AIDS. Pengobatan utama untuk HIV adalah terapi antiretroviral (ARV), yang bertujuan untuk menekan replikasi virus dan meningkatkan jumlah sel T CD4+ dalam tubuh. Tipe-tipe ARV yang umum digunakan meliputi:
- Penghambat reverse transcriptase: Obat ini menghambat langkah pertama dalam replikasi HIV dengan memblokir enzim yang dibutuhkan virus untuk memperbanyak diri.
- Penghambat protease: Obat ini menghambat enzim protease, yang diperlukan untuk pematangan partikel virus yang baru.
- Penghambat integrase: Obat ini menghalangi enzim integrase yang diperlukan untuk integrasi materi genetik HIV ke dalam DNA sel manusia.
- Penghambat fusi dan koreseptor: Obat-obatan ini menghambat proses fusi HIV dengan sel T dan menghalangi virus memasuki sel.
Meskipun tidak menyembuhkan HIV, pengobatan ARV dapat menurunkan jumlah virus dalam tubuh hingga mencapai tingkat yang sangat rendah (viral load undetectable), sehingga membantu pencegahan penularan lebih lanjut dan memungkinkan orang dengan HIV untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.
Pencegahan AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik dengan upaya individu maupun program kesehatan masyarakat. Beberapa metode pencegahan utama meliputi:
- Penggunaan kondom: Kondom yang digunakan dengan benar dan konsisten selama hubungan seksual adalah metode yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV.
- Terapi profilaksis pra-paparan (PrEP): PrEP adalah obat yang dapat digunakan oleh individu yang berisiko tinggi tertular HIV untuk mencegah infeksi. PrEP sangat efektif ketika dikonsumsi secara teratur.
- Penggunaan jarum suntik yang bersih: Menghindari berbagi jarum suntik dapat mengurangi risiko penularan HIV, terutama di kalangan pengguna narkoba.
- Pengujian dan perawatan dini: Pengujian HIV secara rutin dapat membantu deteksi dini infeksi, sehingga pengobatan dapat dimulai lebih awal, yang membantu mencegah perkembangan penyakit dan penularan.
- Pemberian ARV pada ibu hamil: Ibu hamil dengan HIV yang mengikuti pengobatan ARV secara rutin dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi mereka.
Jika Sahabat Permata memiliki kerabat yang berisiko terinfeksi HIV dan memiliki gejala seperti di atas, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Permata Mufidah Grup
Informasi Layanan : https://rspermata.co.id/contact
Referensi
- Fauci AS, Pantaleo G, Spector SA, et al. Immunopathogenic mechanisms of HIV infection. Ann Intern Med. 1996;124(7):654-663.
- Palella FJ, Delaney KM, Moorman AC, et al. Declining morbidity and mortality among patients with advanced HIV infection. N Engl J Med. 1998;338(13):853-860.
- Quinn TC, Wawer MJ, Sewankambo NK, et al. Viral load and heterosexual transmission of human immunodeficiency virus type 1. N Engl J Med. 2000;342(13):921-929.
- Centers for Disease Control and Prevention. HIV Surveillance Report, 2021. Centers for Disease Control and Prevention. Published November 2022.
- Martin M, Pantaleo G. AIDS pathogenesis and therapy. J Clin Invest. 2006;116(3):805-811.
- Smith DK, Herbst JH, Zhang X, et al. Antiretroviral postexposure prophylaxis for HIV prevention in the United States: 2018 update. Am J Prev Med. 2018;55(3):343-351.
- Cohen MS, Chen YQ, McCauley M, et al. Antiretroviral therapy for the prevention of HIV-1 transmission. N Engl J Med. 2016;375(9):830-839.
- Grant RM, Lama JR, Anderson PL, et al. Preexposure chemoprophylaxis for HIV prevention in men who have sex with men. N Engl J Med. 2010;363(27):2587-2599.
- Kourtis AP, Bulterys M, Hu DJ, et al. HIV-1, viral load, and maternal-fetal transmission. JAMA. 2015;313(9):914-915.
- Vella S, Ramazzotti E, Nicastri E, et al. Antiretroviral therapy and HIV replication: A review of the state of the art. J Antimicrob Chemother. 2003;52(1):17-25.
Kesulitan Tidur atau Sering Terbangun di Malam Hari : Apakah Insomnia?
01 December 2024
Insomnia adalah gangguan tidur yang paling umum dan dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Penderita insomnia mengalami kesulitan untuk tidur, terjaga di malam hari, atau merasa tidak segar setelah tidur. Kondisi ini dapat bersifat sementara (akut) atau berlangsung dalam jangka panjang (kronis). Insomnia tidak hanya memengaruhi tubuh secara fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan emosional seseorang.
Read moreNyeri Pinggang Menjalar ke Perut Depan : Apakah Batu Ginjal?
24 November 2024
Batu ginjal adalah salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi, yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan mempengaruhi fungsi ginjal. Batu ginjal terbentuk ketika zat-zat tertentu dalam urin mengkristal dan membentuk endapan keras. Batu ini dapat memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang kecil seperti pasir hingga yang besar seperti bola golf.
Read morePengobatan Laser Batu Ginjal : Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
23 November 2024
Batu ginjal merupakan kondisi medis yang umum terjadi dan seringkali menyebabkan rasa sakit yang luar biasa pada penderitanya. Pengobatan batu ginjal dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk obat-obatan, pembedahan, atau prosedur non-invasif seperti Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL). ESWL adalah prosedur non-invasif yang menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan batu ginjal menjadi fragmen kecil yang lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
Read more