Sulit Menahan Buang Air Kecil? Yuk, kenali penyakitnya!

Sulit Menahan Buang Air Kecil? Yuk, kenali penyakitnya!

24 November 2022

Pernahkan Sahabat Permata mengalami kesulitan untuk menahan buang air kecil bahkan sampai mengompol?

Mengompol normalnya memang dialami oleh bayi atau anak kecil yang belum bisa buang air kecil sendiri. Kenyataannya, ngompol bisa terjadi di semua usia, mulai dari bayi sampai lanjut usia. ngompol pada usia dewasa alias buang air tanpa disengaja bisa disebabkan kondisi medis tertentu, dalam istilah medis kesulitan menahan buang air kecil hingga mengompol disebut dengan Inkontinensia Urine.

Apa yang dimaksud dengan Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine merupakan kondisi hilangnya kontrol kandung kemih. Meskipun biasanya bukan merupakan kondisi yang berbahaya, inkontinensia urine dapat berdampak buruk pada kondisi psikologis dan kehidupan sosial penderita.

Apa penyebabnya? 

Penyebab inkontinensia urine berbeda-beda tergantung pada jenis inkontinensia yang terjadi.

  • Inkontinensia stres: inkontinensia akibat aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti batuk, bersin, olahraga, dan tertawa
  • Inkontinensia urgensi (urge): inkontinensia yang didahului rasa ingin berkemih yang tidak dapat ditahan
  • Inkontinensia luapan (overflow): inkontinensia yang terjadi akibat retensi urine yang menyebabkan overdistensi vesika urinari
  • Inkontinensia total : Inkontinensia terjadi ketika kandung kemih sama sekali tidak mampu menampung urine sehingga penderitanya akan terus mengompol.

Siapa yang beresiko mengalaminya? 

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami inkontinensia urine, yaitu:

  • Usia tua
  • Penyakit jaringan ikat
  • Penyakit metabolik: diabetes mellitus, defisiensi vitamin D
  • Naiknya tekanan intraabdomen berkepanjangan: konstipasi kronis, batuk kronis
  • Kelainan neurologis: penyakit Parkinson, penyakit serebrovaskular, sklerosis multipel, gangguan kognitif
  • Gangguan mobilitas
  • Operasi abdomen bawah atau operasi urologi
  • Lainnya: obesitas, kebiasaan merokok

Apa bahayanya? 

Sekitar 70–80% pasien inkontinensia urine dapat mengalami perbaikan klinis dengan tata laksana yang tepat. Komplikasi dapat terjadi baik karena inkontinensia, tata laksana yang diberikan, ataupun gangguan psikologis

  • Komplikasi medis : ISK berulang, kandidiasis perianal, gangguan tidur, selulitis
  • Komplikasi psikologis : Gangguan rasa percaya diri, depresi, disfungsi seksual, gangguan kualitas hidup, menarik diri dari lingkungan sosial 

Kapan harus ke dokter? 

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika kamu mengalami inkontinesia urine, terutama jika mengganggu aktivitas sehari-hari, menyebabkan penurunan kualitas hidup, atau menunjukkan kondisi yang lebih serius.

Apakah bisa dicegah? 

Inkontinensia urine sulit untuk dicegah. Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan risiko terjadinya inkontinensia urine, yaitu dengan:

  • Menurunkan berat badan atau menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi yang lengkap dan seimbang
  • Mengonsumsi makanan tinggi serat, untuk mencegah sembelit
  • Berhati-hati dan menggunakan alat pelindung diri ketika berkendara dan bekerja
  • Membatasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol
  • Tidak merokok
  • Berolahraga secara rutin
  • Menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin

Sudah paham? 

sumber : 

  • Bettez M, Tu LM, Carlson K, et al. 2012 Update: Guidelines for Adult Urinary Incontinence Collaborative Consensus Document for the Canadian Urological Association. Can Urol Assoc J. 2012;6(5):354-63.
  • Khandelwal C, Kistler C. Diagnosis of urinary incontinence. Am Fam Physician. 2013;87:543–50.
  • Vasavada S, Carmel M, Rackley R, Kim E. Urinary Incontinence. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/452289-overview
  • Riemsma R, Hagen S, Kirschner-Hermanns R, et al. Can incontinence be cured? A systematic review of cure rates. BMC Med. 2017;15:1–11.