Serba-Serbi Mengenai TB Paru

Serba-Serbi Mengenai TB Paru

24 March 2022

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru. 

Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara, dengan jumlah pengidap yang mencapai 305.000 jiwa pada 2012. Apabila tuberkulosis laten atau TBC tidak mendapat pengobatan, maka lebih dari 50 persen orang yang mengidap penyakit ini dapat meninggal. Walau begitu, hanya satu banding sepuluh kasus yang berkembang menjadi penyakit aktif.

Bagaimana Gejala pada TB Paru?

Pada TBC laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain.

Sementara bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa:

  • Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)
  • Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
  • Nyeri dada saat bernapas atau batuk
  • Berkeringat di malam hari
  • Hilang nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Demam dan menggigil
  • Kelelahan

Gejala TB pada anak

gejala TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Hal ini karena gejalanya tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain.

Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni:

  • Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu
  • Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
  • Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
  • Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
  • Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi

Bagaimana Pengobatan TB Paru?

Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan, bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya, TBC menjadi lebih berbahaya dan akan lebih sulit diobati.

Obat yang diminum merupakan kombinasi dari dua atau empat obat berikut:

Obat tersebut harus diminum secara rutin selama 6–9 bulan. ??Sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:

  • Warna urine menjadi kemerahan
  • Penurunan efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan saraf
  • Gangguan fungsi hati

Untuk menghindari efek samping di atas, dokter akan menyesuaikan jenis dan dosis obat dengan organ yang terinfeksi. Dokter juga akan menyesuaikan pemberian obat dengan usia dan kondisi pasien, terutama pasien anak dan ibu hamil.

Mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk eliminasi TBC pada 2030. Upaya ini perlu mendapatkan dukungan masyarakat, salah satunya mengurangi stigma pada pengidap. Stigma muncul karena banyak mitos yang beredar di masyarakat. Maka itu, berikut beberapa fakta TBC yang perlu dipahami :

1. TBC bukan penyakit turunan

TBC bisa terjadi pada beberapa orang dalam satu keluarga, tapi bukan berarti penyakit ini disebabkan karena faktor genetik. Alasan sebenarnya adalah bakteri TBC mudah menular, terutama yang menyerang paru-paru, sehingga seseorang yang menghirup droplet pengidap dan daya tahan tubuhnya lemah rentan tertular.

2. TBC tidak hanya menyerang paru-paru

Infeksi TBC paling sering menyerang paru-paru, tapi juga bisa menyebar ke organ tubuh lain lewat aliran darah. Jenis infeksi TB lain yang perlu diwaspadai adalah TBC tulang, kelenjar getah bening, dan usus.

3. TBC tidak menular melalui kontak fisik

Penyakit ini tidak akan menular hanya karena bersalaman, berpegangan tangan, berpelukan, berbagi makanan atau minuman, dan menggunakan alat makan yang sama. Biasanya pengidap TBC paru menggunakan masker untuk mencegah penyebaran bakteri di udara.

4. TBC bisa sembuh

Tingkat kesembuhannya mencapai 99 persen, asal pengobatan dilakukan selama 6-9 bulan secara berturut-turut. Bila tidak rutin dilakukan, bakteri hanya melemah sesaat dan kembali menguat hingga menjadi resisten. Kondisi ini dikenal dengan multidrug-resistant tuberculosis (MDR TB). 

Apa Saja Pencegahan Yang Dapat Dilakukan?

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari penularan TBC antara lain:

  1. Vaksinasi BCG 
  2. Penggunaan masker

Langkah pencegahan lain yang dapat dilakukan bagi penderita TB untuk meminimalisir penularan adalah sebagai berikut : 

  • Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.
  • Jika menggunakan tisu untuk menutup mulut, buang tisu segera setelah digunakan.
  • Jangan membuang dahak atau meludah sembarangan.
  • Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka pintu dan jendela.
  • Jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai dokter menyatakan TBC yang diderita telah sampai pada tahap tidak menular.

Sumber :

  1. NHS. Diakses pada 2022. Tuberculosis
  2. American Lung Association. Diakses pada 2022. Tuberculosis (TB).
  3. World Health Organization (2021). Newsroom. Tuberculosis.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak.
  5. Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Tuberculosis.

Kenalan Dengan Terapi Snoezelen!

30 May 2024

Snozellen Terapi adalah layanan terapi multisensori yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan berbagai kondisi perkembangan seperti autisme, gangguan sensorik, ADHD, dan cerebral palsy. Terapi ini memanfaatkan lingkungan multisensori yang dirancang untuk merangsang indra anak-anak secara aman dan terkontrol, membantu mereka untuk bersantai, fokus, dan meningkatkan kemampuan interaksi sosial.

Read more