Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam Kehamilan

30 September 2020

Sahabat permata, kehamilan adalah momen yang dinantikan dan harus dijalani dengan baik serta hati-hati demi keselamatan ibu dan buah hati. Hipertensi merupakan salah satu masalah medis umum yang ditemukan pada ibu hamil. Apabila tidak tertangani dengan baik hipertensi pada ibu hamil dapat menyebabkan masalah serius hingga berujung kematian ibu dan janin. Ibu hamil yang menyadari faktor risiko sejak dini dan mengetahui bagaimana pencegahan serta mengonsultasikan ke dokter dapat terhindar dari bahaya tersebut.

 

Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu minimal 15 menit pada wanita dengan keadaan tenang.

Jika ditemukan tekanan darah tinggi ≥140/90 pada ibu hamil, dilakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.

Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua ibu hamil dan menjadi salah satu penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan.

Klasifikasi

  1. Hipertensi kronik
  2. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
  3. Hipertensi gestasional
  4. Preeklampsia – eklampsia

Hipertensi kronik

Hipertensi terjadi sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan tanpa disertai proteinuria (protein dalam urin)

  • TD ≥140/90 mmHg 
  • Riwayat hipertensi sebelum hamil atau hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu 
  • Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia

  • Hipertensi kronik disertai disertai proteinuria (protein dalam urin)
  • Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu) 
  • Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1

Hipertensi gestasional

Hipertensi yang timbul pada usia kehamilan >20 minggu tanpa proteinuria dan menghilang setelah persalinan

Preeklampsia – eklampsia

  • Preeklampsia : hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria
    • Ringan: TD≥140/90 mmHg , proteinuria 1+ 
    • Berat: TD >160/110 mmHg, proteinuria ≥2+ 
  • Eklampsia : preeklampsia yang disertai kejang-kejang dan/atau koma

Jika tidak tertangani dengan baik, preeklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal bagi ibu dan janin.

https://sid-indonesia.org/wpnew/wp-content/uploads/2020/05/CONTEN-ENG-hypertensi.png

Faktor Risiko

  • Usia

Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun

  • Kehamilan pertama

Kehamilan pertama memiliki risiko hampir 3 kali lipat

  • Jarak antar kehamilan

Wanita dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun memiliki risiko hampir sama dengan kehamilan pertama. Risiko preeklampsia semakin meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan pertama.

  • Riwayat preeklampsia sebelumnya

Riwayat preeklampsia sebelumnya merupakan faktor risiko utama dengan peningkatan risiko hingga 7 kali lipat. Kehamilan pada wanita dengan preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan membawa dampak yang buruk untuk janin

  • Riwayat keluarga preeklampsia/eklampsia

Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat. Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat.

  • Kehamilan kembar

Kehamilan kembar meningkatkan risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat

  • Obesitas sebelum hamil

Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia. Semakin besar nilai Indeks Masa Tubuh, semakin meningkatkan risiko. Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia

  • Diabetes Melitus Tergantung Insulin

Risiko preeklapsia meningkat hampir 4 kali lipat pada wanita dengan diabetes sebelum hamil

  • Penyakit ginjal

Preeklampsia meningkat sebanding dengan keparahan penyakit pada wanita dengan penyakit ginjal

  • Sindrom antifosfolipid

Antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat

  • Hipertensi kronik

Gejala

Peningkatan tekanan darah akan terjadi perlahan-lahan atau dengan onset yang tiba-tiba. Pemantauan tekanan darah merupakan bagian penting dari perawatan kehamilan karena tanda pertama dari preeklampsia biasanya terjadi peningkatan darah. Tanda dan gejala lain termasuk:

  • Sakit kepala
  • Nyeri ulu hati
  • Mual dan/atau muntah
  • Bengkak
  • Gangguan penglihatan
  • Penurunan volume berkemih
  • Mudah marah dan mudah lelah
  • Sulit tidur

https://share.baptisthealth.com/wp-content/uploads/2017/07/Preeclampsia-Infographic.jpg

Diagnosis

  1. Pemeriksaan fisis (mengetahui adanya bengkak, penurunan penglihatan, dll)
  2. Pemantauan tekanan darah
  3. Urinalisis (untuk cek kadar protein dalam urin)
  4. USG (memantau detak jantung janin)

https://cdn.cdnparenting.com/articles/2018/05/218324524-H-1024x700.jpg

Tanda dan bahaya kehamilan

  1. Perdarahan
  2. Demam atau panas tinggi
  3. Keluar air ketuban sebelum waktunya
  4. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
  5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
  6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan

Komplikasi

  • Pertumbuhan janin terhambat

Preeklampsia memengaruhi pembuluh darah yang membawa darah. Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, janin ajan menerima nutrisi, oksigen, dan darah lebih sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan terhambat, berat lahir rendah, dan kelahiran prematur.

https://cdn.cdnparenting.com/articles/2018/05/218324524-H-1024x700.jpg

  • Risiko kematian ibu dan janin
  • Persalinan sebelum waktunya

Preeklampsia dengan gejala berat mungkin diharuskan untuk melahirkan janin sesegera mungkin agar menyelamatkan hidup ibu dan bayi. Kelahiran premature dapat menyebabkan masalah pernapasan pada bayi. Dokter akan membantu Bunda menentukan kapan waktu ideal melahirkan.

  • Plasenta lepas di dalam rahim

Preeklapmsia meningkatkan risiko terhadap gangguan plasenta, kondisi dimana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinann. Hal tersebut berisiko terhadap pendarahan hebat, dimana akan mengancam nyawa ibu dan bayi

  • HELLP Syndrome (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan hitung trombosit rendah)

Sindrom ini lebih berat dan dapat dengan cepat mengancam jiwa ibu dan janin. Gejalaya berupa mual, muntah, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan dapat merusak organ tubuh

  • Peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan deep vein thrombosis di masa yang akan datang. Risiko ini bahkan lebih besar jika ibu mengalami preeklampsia lebih dari satu kali atau melahirkan bayi premature. Untuk meminimalisasi risiko jaga berat badan ideal, makan sayur dan buah-buahan, aktivitas fisik rutin, dan tidak merokok

Pencegahan

  1. Skrining risiko preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak awal kehamilan
  2. Pola makan seimbang dengan nutrisi terpenuhi
  3. Aktivitas fisik rutin
  4. Manajemen stres
  5. Kontrol kehamilan rutin

Pencegahan dengan obat dan suplemen

  1. Aspirin 75mg/hari untuk mecegah preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi dan sebaiknya diberikan sebelum usia kehamilan 20 minggu
  2. Kalsium 1.000 -2.000 mg/hari
  3. Zinc 200 mg/hari
  4. Magnesium 365 mg/hari

Penanganan

  1. Pengobatan antihipertensi.
  2. Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada preeklampsia dan mengontrol kejang pada eklampsia.
  3. Pemantauan tekanan darah.
  4. Pemantauan detak jantung janin.
  5. Pertimbangan persalinan
  6. Tetap terhidrasi

Konsultasikan ke dokter

Pastikan Bunda melakukan kunjungan kehamilan sehingga Dokter dapat memantau tekanan darah Bunda. Hubungi Dokter segera atau datang ke Instalasi Gawat Darurat jika memiliki sakit kepala berat, gangguan penglihatan, nyeri perut, atau sesak.

Nyeri kepala, mual, dan nyeri otot merupakan keluhan umum saat kehamilan sehingga sulit ketika mengetahui keluhan baru merupakan bagan dari kehamilan atau masalah serius khususnya saat kehamilan pertama. Jika Bunda khawatir dengan keluhan tersebut konsultasikan ke Dokter.

Jadwal Dokter

Referensi

  1. Prawirohardjo, Sarwono.2013. Ilmu Kebidanan Sarwono prawirohardjo. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
  2. Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Diagnosis dan Tata Laksana Pre-Eklamsia. Jakarta; 2016.
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. 1st ed. Jakarta: World Health Organization; 2013.
  4. Preeclampsia - Symptoms and causes [Internet]. Mayo Clinic. 2020 [cited 22 September 2020]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preeclampsia/symptoms-causes/syc-20355745

 

Editor: dr. Ulfah Nur Lathiifah


Pembuluh Otak Pecah atau Pembuluh Otak Tersumbat: Kenali Gejala dan Tanda Stroke untuk SeGeRa Ke RS!

03 November 2024

Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak. Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Read more

Pusing Berputar atau Vertigo : Kenali Gejala, Penyebab dan Pengobatan

02 November 2024

Vertigo adalah sensasi pusing atau perasaan seolah-olah lingkungan di sekitar bergerak atau berputar. Ini adalah gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk masalah di telinga bagian dalam, sistem saraf, atau masalah vestibular.

Read more

Rahang Tidak Sejajar atau Rahang Tidak Rapat? Pahami apa itu Maloklusi!

27 October 2024

Maloklusi adalah ketidakteraturan posisi gigi dan hubungan antara rahang atas dan bawah. Istilah ini berasal dari bahasa Latin "mal" yang berarti buruk, dan "oclusio" yang berarti penggigit. Maloklusi dapat memengaruhi fungsi pengunyahan, bicara, dan estetika wajah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik, kebiasaan buruk pada masa kanak-kanak, dan cedera.

Read more